Senin, 28 April 2014

CERPENKU..



CERPEN BERLATAR BELAKANGKAN LOMBOK SUKU SASAK

ANTARA CINTA DAN KELUARGA

Aku berlari ke bibir pantai Senggigi menemui Giar, lelaki yang telah menjadi kekasihku selama satu tahun belakangan ini, aku duduk tetap dihadapannya. “Apa yang ingin kamu tanyakan?” tanyanya santai padaku. Lama aku terdiam menarik nafas yang terasa sesak didada, aku tak tahu harus memulai dari mana. Aku takut dia marah jika aku beritahu. Tapi, aku perlu tahu kebenaran dari ini semua, akhirnya kuberanikan diri mengatakannya meski itu sangat berat terasa. “Siapa perempuan yang kemarin bersamamu?” tanyaku. “Perempuan yang mana?” katanya masih dengan sikap santainya. “Mereka bilang kamu .....” dia meletakkan jemarinya dibibirku sehingga membuat kalimatku terpotong. “Jika kamu mendengar apa kata mereka kamu akan tersakiti”. Lagi-lagi kata itu yang dia gunakan untuk mengembalikan kepercayaanku padanya.

#**********^_^**********#

Setelah selesai melaksanakan sholat Maghrib aku berkumpul bersama keluargaku sambil ditemani camilan kecil, Mamiq menatapku dengan tajam. Entah apa arti dari tatapan itu, sama dengan Inaq yang mengeluarkan kalimat yang seolah-olah menyindirku. ”Punya beraye itu yang bagusan sedikit masak ndak bisa?” kata mama dengan nada menyindir. “Maksud Inaq” tanyaku. “Apa kamu masih pacaran dengan Giar?” bukan jawaban yang kudapat. Tapi, pertanyaan dari Mamiq. “Iya Miq.” Jawabku menunduk. “Akhiri hubungan kalian” kata Mamiq dengan lantangnya. “Kenapa tiang harus mengakhirinya Miq?” tanyaku sambil menundukkan kepalaku. “Karena Mamiq tahu, Tiar itu bukan laki-laki yang baik. Selain itu dia juga bukanlah keturunan bangsawan.” Ucap Mamiq dan langsung pergi meninggalkanku. “Kalau kamu masih sayang sama dirimu sendiri, akhiri hubungan kalian.” Tutur Inaq sambil mengelus kepalaku.
Kemudian Inaq meninggalkanku. Dan akupun masuk kekamarku dan berfikir kenapa Mamiq dan Inaq begitu melarangku berpacaran dengan Giar?. Tak terasa adzan Isya memanggil, aku segera kekamar mandi dan segera mengambil air wudhu. Setelah kembali dari kamar mandi aku langsung sholat. Selesai sholat aku langsung berdo’a kepada Allah SWT. “Ya Allah, tunjukkanlah yang terbaik bagi hambamu ini. Hamba tidak ingin mengecewakan orang tua hamba. Jadikanlah Giar laki-laki yang berbeda dari ucapan Mamiq tadi. Amin Ya Rabbal Alamin.” Begitulah pintaku kepada sang Khalik. Setelah itu aku langsung berangkat kekasur dan melanjutkan lamunanku. Dan akupun terlelap disela lamunanku.

#**********^_^**********#

Adzan subuh memanggilku untuk bangun. “... Assolatu khoirumminan naum ...”. Begitulah lafaz yang membuatku segera terlempar dari tempat tidur dan langsung berangkat kemasjid bersama Inaq. Kebetulan Mamiq sudah berangkat ke masjid bersama dengan tetangga yang lain. Setelah selesai sholat berjama’ah dari masjid kamipun langsung berangkat untuk pulang kerumah.
 Pagi ini, aku rencananya ingin mencuci disungai yang tak begitu jauh dari rumah. Sesampaiku disana. Syukurlah, tidak begitu ramai hanya ada aku, dan  Evi. Disela aktifitasku mencuci, kami saling berbagi cerita dan tanpa ku sangka, Evi mengeluarkan pertanyaan tentang Tiar kekasihku. “Ra, kamu masih jalan sama Giar?.” Tanya Evi membuatku kaget. “Iya, memang kenapa?”. Jawabku bingung. “Gini, tadi aku liat dia lagi jalan sama cewek lain dipantai tempat kalian sering jalan.” Ceritanya. “Aku juga bingung mana mungkin Mamiq sama Inaqmu setuju kalau kamu sampai berpacaran sama Giar. Giar kan bukan dari keluarga bangsawan sedangkan  kamu anak bangsawan.” Lanjutnya. “Kalau masalah itu aku juga masih sering bingung. Tadi malam Mamiq dan Inaq sudah jelas menyuruhku mengakhiri hubunganku dengan Giar. Tapi aku sangat menyayangi Giar.” Kataku menceritakan kejadian tadi malam. “Aku yakin walaupun kamu sangat mencintainya dia tidak tulus mencintaimu. Buktinya aku melihatnya jalan dengan cewek lain, itu artinya dia sekingkuh dibelakang kamu Dara. Dan mana mungkin Inaqmu merestui hubungan kalian, apalagi Mamiqmu yang begitu keras.” Kata Evi memperingatiku. Tapi aku tak ingin terlalu dalam membahas apa yang Evi katakan baru saja. Dengan buru-buru aku menyelesaikan cucianku. Setelah itu aku pamit dan langsung bergegas menuju pulang kerumah.
Dalam perjalanan pulang aku memikirkan apa yang dikatakan oleh Evi tadi. Apakah aku akan mengakhiri hubungan yang sudah lama aku jalani?.
Sesampaiku dirumah Inaq langsung menyambutku dengan kata “Ra, akhirilah hubunganmu dengan Giar, Inaq tidak mau melihat Mamiq marah-marah seperti tadi malam.” Kata Inaq menasehatiku dengan sangat lembut. ”Tapi Inaq, tiang sudah sangat lama berpacaran dengan Giar, apakah Dara akan mengakhiri hubungan yang sudah lama Dara jalani?.” Kataku panjang lebar menjelaskan perasaanku. “Terserah kamu saja, tadi Inaq melihat Giar sedang berbelanja dengan cewek. Mereka terlihat sangat mesra.” Mungkin Inaq salah lihat, bagaimana mungkin dia jalan dengan cewek selain Dara.” Kataku menjelaskan kepada Inaqku. ”Terserah kalau kamu tidak percaya.” Kata Inaq yang langsung pergi meninggalkanku.”.
Setelah itu, aku langsung menjemur pakaian yang sudah aku cuci di sungai tadi. Mamiq menghampiriku sambil berkata “ Kalau kamu masih ingin melanjutkan hubunganmu dengan Giar laki-laki yang kamu tidak tahu bagaimana kelakuannya, dan jelas-jelas bukan bangsawan yang seperti Mamiq inginkan, silahkan kamu persiapkan barang-barang kamu dan pergi dari rumah ini.” Kata Mamiq membentak dan memarahiku. “Tapi..”. kataku. “Dan ingat jangan kembali lagi.” Kata Mamiq melanjutkan perkataannya yang membuatku sangat sedih.
Aku langsung berlari kekamar dan menangis merenungi kata-kata yang Mamiq ucapkan tadi. Aku berfikir, jika nanti aku melanjutkan hubunganku dengan Giar, apalagi sampai menikah, pasti Mamiq akan sangat marah dan tidak akan menganggapku sebagai putrinya lagi. Terdengar suara adzan Zuhur memanggil kaum muslim untuk melaksanakan ibadah sholat. Aku segera mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan ibadah sholat Zuhur. Seperti biasa selesai sholat aku berdo’a mendo’akan Giar, laki-laki yang sangat  aku cintai, doa’ku tak jauh berbeda dari doaku tadi malam.
Setelah itu aku menuju dapur untuk memasak makanan untuk makan siang. “Kenapa kamu masih ada disini?.” Bukankah kamu lebih memilih Giar.” Kalimat itu membuatku terkejut. Aku hanya bisa diam, sembari melanjutkan pekerjaan yang sedang aku lakukan. Mamiq langsung pergi meninggalkan kalimat itu. Aku tak tahu keputusan apa yang harus aku berikan kepada Mamiq. Hari ini aku sedang memasak pedis panas, makanan kesukaan Mamiq. Aku yakin pasti suatu saat nanti Mamiq akan merestui hubunganku dengan Giar. Masakanku sudah siap, saatnya kuhidangkan dimeja makan. Aku memanggil Inaq dan Mamiq untuk makan siang. Ketika sedang makan Mamiq menyuruhku mengakhiri hubunganku dengan Giar. “Dara, kamu harus dengar Mamiq. Mamiq suruh kamu putus dengan Giar karna Mamiq tidak mau kalau nanti kamu sakit hati.” Kata Mamiq dengan sangat lembut. Inaq  melanjutkan perkataan Mamiq.” Iya Dara, Inaq benar-benar melihat Tiar dengan perempuan lain tadi sewaktu Inaq pergi balanja.” Kata Inaq meyakinkan. “Kamu itu anak semata wayang, jadi kamu harus melanjutkan keturunan bangsawan kita Dara, kamu mau keturunan kamu tidak memiliki gelar bangsawan?.” Kata Inaq.
Makanan sudah habis, akupun membereskan makanan dan mencuci piring bekas kami makan tadi. Setelah itu, aku langsung masuk kekamar dan mengambil smartphone Blackberry milikku. Aku langsung membuka pesan BBM atau Blackberry Mesenger. Ternyata benar yang dikatakan Inaq tadi, kalau tadi pagi Giar pergi jalan-jalan dengan Nia, temanku. Evilah yang mengirimkan photo mereka. Entah darimana Evi dapat. Yang penting sekarang aku harus pergi menemui Giar. Aku langsung mengirim pesan BBM  kepada Giar. Aku mengirimkannya BBM dengan kalimat yang mesra, dan mengajaknya untuk bertemu ditaman kota Selagalas “Sayang.. kita ketemuan ditaman kota ya.” Begitulah  pesan singkatku. Tanpa kutunggu lama Giar langsung membalas BBMku. “ Siap nona manis.” Begitulah jawabannya. Dasar laki-laki gombal. Pikirku pendek. Kebetulan rumahku dekat dengan taman kota ini. Akupun langsung bergegas ketaman dengan dandanan yang sangat cantik. Setelah beberapa menit aku menunggu akhirnya Giar datang. “Hai.” Sapanya. “Aku mau minta putus. Kita harus putus. Bye.” Kataku singkat langsung pergi meninggalkannya ditaman itu. Entah bagaimana pikirannya. Senang. Sedih. Bahagia. Galau. Itu terserah dia, yang jelas sekarang aku bukanlah wanita yang bisa ia bohongi semaunya.

#**********^_^**********#

Sesampaiku dirumah Mamiq yang sedang membaca koran diteras depan menegurku. “Kamu habis dari mana Dara?.” Tanya Mamiq. Aku tak menjawab, aku langsung menuju kamar dan menangis mengingat apa yang dilakukan Giar terhadapku. Tentu saja aku merasa bersalah terhadap kedua orang tuaku. Aku yang begitu keras kepala, aku yang ingin mempertahankan hubunganku dengan Giar, laki-laki yang telah membohongiku. Aku termenung mengingat kataku kepada Inaq tadi siang. Apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur.  Sekarang aku harus meminta maaf kepada kedua orang tuaku, terutama Mamiq.
Aku tidak tahu harus memulai dari mana perkataanku untuk meminta maaf kepada Mamiq. Apakah aku akan dimaafkan?. Tapi aku yakin pasti Mamiq dan Inaq akan memaafkanku. Kuhampiri Mamiq yang masih membaca koran diteras depan. “Miq, tiang minta maaf, ternyata yang Mamiq kasih tahu Dara itu benar semua. Tiang  menyesal Miq.” Kataku dengan nada menyesal, sambil menundukkan kepala. “Mamiq udah tahu dari kemarin, kebetulan pacar Giar itu teman Mamiq, dia pernah cerita kalau Nia anaknya punya pacar yang namanya Giar.” Kata Mamiq menceritakan. “Kenapa Mamiq tidak bercerita dari kemarin?.” Kataku. “Kan Mamiq udah bilang dari kemarin sama kamu.” Kata Mamiq. “Nggih, makasih Miq, maafin Dara ya.” Kataku membalas. Kemudian Inaq datang dari belakang. “Miq, Dara kenapa?.” Tanya Inaq kapada Mamiq. “Ini, sekarang Dara sudah putus dengan Giar.” Jawab Mamiq. “Syukurlah.” Jawab Inaq singkat. “Ya sudah,  Dara kebelakang dulu ya Miq, Naq.
Dikamar aku mengingat Tiar, laki-laki penghianat. Kuambil  smartphoneku dan kubuka akun Facebookku dan ku unggah photo Giar bersama Nia yang terlihat sangat mesra. Kutulis di photo itu “ Giar cowok penghianat. Eewww.. “   begitulah kutulis diakun Facebookku. Akupun membuat sebuah status “KEEP CALM AND MOVE ON” itulah statusku yang sangat baru.

#**********^_^**********#

Lama sudah aku tidak kontek dengan Giar. Akupun sudah memiliki pacar baru, dan diapun keturunan bangsawan, dan sama sekali tidak seperti Giar. Namanya Gatra. Tanpa ragu Gatra  langsung  memperkenalkan aku kepada keluarganya. Dan tidak membuatku kecewa, orang tua Gatra menerimaku dengan pintu terbuka. Sepertinya Gatra benar-benar mencintaiku. Dia tidak seperti mantanku, yang tidak memperkenalkanku dengan orang tuanya.

#**********^_^**********#

Adzan subuh berkumandang. Aku segera bangun dari tempat tidurku dan membangunkan Inaq. Dikamar Mamiq tidak ada, mungkin beliau sudah berangkat terlebih dahulu. Aku dan Inaq pun langsung barangkat kemasjid untuk melaksanakan ibadah sholat subuh seperti biasanya. Sepulang dari masjid aku mandi. Pagi ini aku sedang membantu Inaq memasak didapur. Ibu bertanya “Ra, masak sampai sekarang Dara belum punya pacar?.” Tanya Inaq membuatku bingung untuk menjawab yang sebenarnya. Aku hanya diam kaku saja sambil terus memotong wortel. “Jawab donk Ra.” Kan ibu nanya baik baik. “Belum Naq.” Jawabku berbohong pada Inaq.
Matahari sudah mulai tinggi. Aku tidak tahu kemana Mamiq pergi. Setelah sarapan Mamiq langsung pergi entah kemana.

#**********^_^**********#


Terdengar suara ketokan pintu. Inaq langsung kedepan dan membukanya. Inaq kaget melihat seorang lelaki muda yang datang. “Ada Dara Bik?.” Tanyanya. “Dara sedang kewarung, sedang membeli detergent.” Jawab Inaqku dengan nada tercengang.” Ya sudah silahkan masul, silahkan duduk sambil menunggu Rara.” Kata Inaq. Kebetulan saat itu aku sedang kewarung sedang membeli detergent. Setelah aku sampai dirumah, aku terkejut. Ternyata Gatra. Inaq langsung menemui kami ruang tamu. “Dara, ini siapa nak.” Tanya Inaq. “Kenalkan, saya Gatra. Pacar Dara.” Jawab Gatra tanpa kuduga jawaban itu yang keluar. “Oh, mau Inaq buatkan teh?.” Tanya Inaq. “Tidak usah repot. Saya hanya ingin berbicara dengan putri Bibik.” Jawab Gatra sambil tersenyum. “Ya sudah, Inaq tinggal dulu ya Ra.” Balas Inaq. “Nggih.” Jawabku. Lamaku berbincang dengan Gatra, akhirnya kami memiliki keputusan. Setelah itu Gatra langsung pergi.

#**********^_^**********#

Malampun tiba, aku mengemas pakaianku dan pergi secara diam-diam dari rumah. Gatra sudah menungguku di gang depan rumahku. Aku langsung naik ke dalam mobil yang sudah menjemputku. Gatra membawaku kerumah temannya di kawasan Kekalik, Mataram. Diperjalanan aku menelpon Evi, aku menyuruhnya memberi tahu Inaq dan Mamiqku. Sesampaiku disana, kita melaksanakan tradisi suku Sasak, yaitu menyembelih ayam. Aku disana sekitar dua malam dan langsung dijemput oleh keluarga dari Gatra.
Paginya, perwakilan dari keluarga   Gatra pergi ke kantor Kepala Desa atau bisa juga langsung ke keluargaku, tradisi itu disebut nyelabar untuk memberitahukan bahwa aku benar-benar sudah menikah dengan Gatra.

#**********^_^**********#

Beberapa hari kemudian, keluarga Gatra menjemput wali dari keluargaku dan walinya adalah Mamiqku sendiri. Dan beliau datang  ke rumah Gatra untuk menikahkan kami.
Setelah beliau sampai disana, acara ngawinanpun dimulai. Kami berdua dinikahkan. Ijab qabulpun dimulai, Mamiqku mengucapkan kalimat. “Saya nikahkan kamu, Lalu Gde Gatra Riski Maulana dengan putri saya Lale Alini Daraming Sury, dengan mas kawin mas kawin sebuah rumah diatas tanah seluas tujuh are, emas dua puluh lima gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Gatrapun menerima dengan mengucapkan “ Tiang terima nikahnya, Lale Alini Daraming Sury, dengan mas kawin sebuah rumah diatas tanah seluas tujuh are, emas dua puluh lima gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Kemudian Mamiqku menyakan para saksi sah, apakah ijab qabul sah atau tidak. Para saksi pun menjawab dengan serempak. “Sah.” Setelah acara ijab qabul selesai, para tamu dan para saksi diberikan jamuan makanan khas suku Sasak, seperti bebalung, pelalah, cengeh, ares, dan sate pusut. Jamuan makanpun selesai, para tamu dan saksi meninggalkan rumah Gatra.
           
#**********^_^**********#

            Seminggu kemudian, keluarga Gatra datang kerumahku untuk melakukan ikat janji, untuk membicarakan biaya dan kapan pelaksanaan sorong serah aji krama. Keluargaku dan keluarga Gatra menyetujui kapan acara tersebut dilaksanakan, dua minggu dan bertepatan pada hari dan tanggal yang baik menurut kalender Sasak.
                Dirumah Gatra maupun dirumahku sibuk mempersiapkan segala sesuatu. Laki-laki bertugas membuat tetaring dan tidak lupa membuat paosan ada pula yang pergi ngajuk. Sementara para wanita sibuk mempersiapkan berbagai jenis kue ciri khas Sasak, seperti peyek, aliardan, gerontongan dan yang lainnya.

#**********^_^**********#

            Tiga hari sebelum acara sorong serah, laki-laki mengantar undangan dan ngedawekang, untuk memberitahukan kapan acara sorong serah dilaksanakan. Undangan diberikan kepada sahabat. Sedangkan ngedawekang ditujukan kepada sanak saudara dan keluarga dekat.

            #**********^_^**********#

            Acara resepsi dilaksanakan pada hari yang berbeda, dengan hari rauhnya sanak saudara dan keluarga dekat. Karena keluarga dekat akan ikut dalam acara prosesi sorong serah aji krama. Dalam prosesi sorong serah aji krama dimulai dengan keberangkatan keluarga besar Gatra menuju rumahku dengan diiringi banyak keluarga dan gendang beleq, atau disebut nyongkolan. Laki-laki dari pihak keluarga Gatra melaksanakan acara sorong serah dirumahku. Setelah acara sorong serah selesai keluargaku menyambut keluarga Gatra dengan diiringi keluarga dekat yang membawa beberapa jamuan dengan diiringi gendang beleq, prosesi ini disebut mendakin. Dan keluarga kami berduapun bersatu dan mengiringi kami menuju ke pelaminan yang telah dipersiapkan oleh keluargaku. Dan acarapun berakhir dengan khidmat menambah kebahagiaan kedua keluarga yang kini telah bersatu.
            Keluarga Gatra membicarakan kapan acara balik tampak dilaksanakan, dan berpamitan untuk pulang.
            Besok malamnya kami datang kembali ke rumahku untuk melaksanakan balik tampak bersama dengan keluarga terdekat Gatra. Didalam acara tersebut kam berbicara panjang lebar menambah keakraban kedua pihak keluarga kami. Kamipun bersama keluarga dekat Gatra kembali.

#**********^_^**********#

            Seminggu kemudian kami berdua memeritahukan rencana untuk menempati rumah baru yang sudah diberikan sebagai mas kawin pernikahan kami. “Mamiq, tiang minta izin, tiang mau menempati rumah yang sudah diberikan kepada kami.” Kata Gatra. “Nggih.” Jawab Mamiq mertuaku.
            Keesokan harinya kamipun berangkat menuju rumah baru kami. Dan kamipun hidup bahagia.

           
           
                 

















Glosarium
§  Mamiq: Ayah atau Bapak.
§  Inaq: Ibu.
§  Beraye: Pacar.
§  Tiang: Saya.
§  Nggih: Iya.
§  Nyelabar: Memberitahukan kepada pihak perempuan bahwa benar anaknya menikah dengan seorang laki-laki.
§  Ngawinan: Pelaksanaan akad nikah.
§  Pedis panas, bebalung, pelalah, ares, cengeh, sate pusut: Makanan khas Sasak.
§  Peyek. Aliardan, gerontongan: jajan kering khas Sasak.
§  Ikat janji: membahas masalah biaya dan sorong serah.
§  Sorong serah aji krama: pengakuan dan penyerahan harga sesuai derajat wanita.
§  Nyonkolan: prosesi khas Sasak.
§  Ngedawekang: pemberitahuan kepada orang lain.
§  Gendang beleq: Alat music khas Sasak.
§  Mendakin: Penyambutan untuk keluarga laki-laki.


THANKS FOR READ.. :)
SEMOGA BISA MENJADI MOTIVASI..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar